Archive for 2012
Kenapa Kita Harus Berbisnis..?
By : Asih Kurnia Dewi
Dalam postingan kali ini saya ingin berbagi
kepada kawan-kawan mengenai dunia bisnis. Sebelum saya menulis artikel
lebih jauh tentang bisnis-bisnis yang saya geluti, ada baiknya saya
memulai dari hal-hal dasar dulu. Oya, sebelumnya saya mau memperkenalkan
latar belakang diri saya, kok berani-beraninya saya ngajarin berbagi tentang dunia bisnis.
Saya sudah mulai serius berbisnis sejak saya berusia 5 tahun (masa sich..!!! kecil banget kan.. :-/ ). Pada saat itu tujuan berbisnisnya bukan karena Hobi memang, tapi lebih karena "kepepet". Dengan latar belakang Keluarga yang Broken Home & miskin, memaksa saya untuk bergelut mencari rejeki sejak dini. Mulai dari jualan Es balon, Gorengan, Petasan, Mainan anak-anak, dll. Berkat kerja keras dan dukungan banyak pihak, saya bisa mencapai kondisi finansial yang "lumayan" hingga saat ini (Alhamdulillah yach, sesuatu... ^_^'). Jadi sudah saatnya sekarang saya berbagi beberapa pengalaman saya kepada kawan-kawan semua tentang Kenapa Kita Harus Berbisnis..?
Pertama, kawan-kawan harus berbisnis karena dalam ajaran agama (saya seorang muslim) diajarkan bahwa rejeki terbesar didapatkan dari perniagaan (perdagangan/bisnis). Kita sudah sering mendengar kalimat "bekerjalah seolah-olah kita akan hidup selamanya, beribadahlah seolah-olah kita akan mati esok hari". Nah, kalau hidup selamanya berarti kan butuh duit banyak, tuh. Atau coba kawan pikir-pikir deh, buat kawan yang bekerja nih... sudah berapa tabungan kawan-kawan sejak mulai bekerja sampai sekarang? Apakah sudah impas dengan biaya sekolah kawan-kawan dari TK sampai sarjana? Jangan hitung gaji kawan yang keluar buat makan sehari-hari, membayar tagihan dan menyekolahkan anak, itu mah sudah dianggap "bukan duit" karena itu kebutuhan primer yang tidak bisa tidak. Berapa? Sebagian besar orang tidak memiliki apa-apa lagi untuk ditabung tepat setelah satu bulan sejak menerima gaji. Nah, kalau sudah jelas dalam agama bahwa rejeki terbanyak datangnya dari bisnis, ya itu jadi alasan pertama kawan-kawan untuk segera memulai bisnis. Jangan lawan agama deh... apapun agama kawan-kawan. Agama kan pedoman hidup, tul gak? Tul...!!! Xixixiiii... :-D
Kedua, kawan-kawan harus berbisnis kalau kawan menghendaki kehidupan yang mapan, nyaman, bebas dan tidak mengikat. Sedikit cerita, ketika saya baru lulus SMA, ada kebimbangan besar dalam diri saya tentang apakah saya melanjutkan kuliah dalam bidang studi yang saya sukai pada saat itu (Matematika & Kimia, sehingga saya sempat bercita-cita ingin menjadi ahli Matematika maupun Kimia), atau saya melanjutkan karir saya dibisnis karena pada saat itu saya sudah memiliki beberapa usaha pribadi yang lumayan menjanjikan. Semenjak saya duduk dibangku sekolah, hampir semua Guru dan anggota keluarga lebih mendorong saya untuk secepatnya menyelesaikan kuliah dan kemudian melamar untuk mencari pekerjaan, bukannya mengerjakan sesuatu yang "tidak pada jalurnya". Salah satu kalimat yang paaaaaling sering saya dengar waktu itu adalah,"yang pasti-pasti saja" dan "cari amannya saja". Sebagian besar orang menganggap dengan bekerja di sebuah perusahaan entah negeri atau swasta, maka kita sudah "pasti" dan sudah "aman". Mungkin maksudnya pasti mendapatkan gaji tiap bulan dan aman dari resiko finansial. Tapi mungkin karena bebal dan tololnya saya, kok saya tidak sependapat ya? Saya tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa sama sekali tidak ada yang pasti dan aman selama nasib kita masih berada di tangan orang lain. Apanya yang pasti kalau suatu saat perusahaan tempat kita bekerja bangkrut? Trus sekarang ada krisis global lagi. Bisa dipastikan ratusan ribu hingga jutaan orang karyawan di seluruh dunia merasa tidak aman, takut kena imbasnya yaitupemecatan
perampingan. Nah, mereka yang terbiasa berbisnis, mereka pasti bisa
menemukan jalan keluar dari krisis global ini. Kenapa? Mereka sudah terbiasa mengambil keputusan sendiri dan menentukan sendiri yang mana prioritas dan yang mana bukan, karena mereka jarang disuruh dan diatur untuk mengerjakan ini-itu. Beda kan sama karyawan?
Ketiga, kawan-kawan harus berbisnis karena kawan-kawan hidup di lingkungan yang matre. Saya tidak bilang kawan-kawan matre lho, walaupun kalau iya juga gak papa kok...hehehe. Maksud saya lingkungan yang matre itu kayak gini nih : sejak lahir (orangtua) kawan-kawan sudah mengeluarkan uang untuk melahirkan kawan di rumah sakit atau bidan, kemudian keluar uang lagi untuk kawan sekolah, trus keluar uang terus tiap hari untuk makan, lalu supaya gak telanjang keluar uang lagi deh beli pakaian, beli HP, beli kendaraan, beli bensin, parkirnya, perawatan kesehatannya, beli rumah, bayar telpon, bayar listrik, TV kabel, pulsa, liburan, kencing di mall, nonton Kuch-kuch Hota Hai di bioskop, pesta pernikahan daaaaaannn laaaaaiiiinnn sebagaaaaaiiiiinyaaaaaaa.....semuanya mengeluarkan uang. Jadi bukan kawan yang mata duitan, tapi penjualnya. Iya kan? Kawan sih mata mobilan, mata makanan, mata bajuan, mata pulsaan dll karena kawan mengeluarkan uang dan penjualnya menerima uang (Xixixiiii... Ngelez...). Dalam kasus kawan beli mobil misalnya, siapa yang menerima duit? Penjualnya kan? Berarti dia mata duitan dong, kawan-kawannya mata mobilan. Karena dia cari duit, kawan cari mobil hehehehe......Nah, udah jelas kan sekarang. Menurut kawan arus uang mengalir dari mana kemana? Dari pemakai ke penyedia!!! Penyedia adalah businessman, bro....
Keempat, kawan-kawan harus berbisnis karena sebagai karyawan, nasib kawan 1, 2, 3 tahun ke depan gampang ditebak, yaitu tidak jauh berbeda seperti rekan kerja kawan di kantor yang sudah duluan masuk kerja 1, 2, 3 tahun sebelum kawan-kawan. Coba lihat rekan kerja kawan yang senior. Kalau kawan menghendaki kehidupan seperti yang dia miliki, ya silakan lanjutkan pekerjaan tanpa memikirkan untuk memiliki bisnis. Tapi kalau ingin lebih, segeralah mulai bisnis kawan-kawan! Saya jamin, di kantor tidak akan pernah memiliki penghasilan lebih besar dari boss kawan-kawan. Tapi di bisnis, lain ceritanya sob. Kalau tekun, konsisten, persisten, kerja keras, banyak belajar dan berani gagal, kawan bisa saja memiliki penghasilan berkali-kali lipat dari mereka yang sudah memulai bisnis yang sama beberapa tahun sebelum kawan-kawan. Saya tahu, karena saya sudah melihat banyak sekali orang yang seperti itu. Cukup banyak untuk dijadikan bahan pelajaran. Terbuka peluang yang seluas-luasnya untuk kawan di dunia bisnis, percayalah! percayalah! ^_^'
Kelima, ini mungkin yang paling bertentangan dengan pendapat umum. Untuk sukses di dunia bisnis, kawan tidak butuh terlalu banyak modal embel-embel gelar akademik dan tidak butuh terlalu banyak modal duit (!). Saya setuju sekali kalau dikatakan ilmu itu penting, jauh lebih penting dari uang. Tapi saya tidak setuju kalau dikatakan ilmu terbaik hanya bisa didapatkan dari dalam tembok universitas. Ilmu bertebaran dimana-mana, coy. Kawan-kawan pelajari baik-baik semua ilmu dari dosen pada saat kuliah, maka dijamin akan mendapatkan.........ijazah. Kerjaan? Duit? Eits, nanti dulu. Cari sendiri dong. Tapi kalo kawan belajar baik-baik, nyontek, nempel kayak perangko dan sering nyempil di tengah-tengah orang sukses, dijamin akan kecipratan sukses juga. Karena kawan bukan hanya belajar teori, tapi akan langsung praktek. Dan bukan cuma itu, secara tidak sadar kawan sudah meng-copy pola pikir, mental dan psikologis dari orang-orang sukses tersebut. Itu yang paling penting, sodara-sodara. Nah, coba baca kisah orang-orang yang sangat (bukan biasa-biasa) sukses di bisnis mereka masing-masing. Sebagian besar, dalam prosentase yang sangat ekstrim (mendekati 100%), mereka memulai bisnis mereka dari modal duit yang sangat minim dibandingkan mereka yang percaya bahwa semakin tinggi gelar pendidikan, uang makin banyak. Ya iyalah, coba hitung biaya S1 berapa? lanjut S2? Trus S3? Wuih....kalo duitnya dikasih ke pebisnis internet misalnya, sudah jadi berapa ratus domain tuh? Sudah bisa beli ruang iklan berapa banyak?
Kawan-kawan, jangan salah tangkap. Saya sama sekali tidak mengecilkan arti menjadi karyawan atau meraih pendidikan formal setinggi-tingginya (Walau bagaimana pun saya pernah mencoba jadi karyawan & basik saya didunia pendidikan pun adalah seorang Sarjana). Tapi maksud saya gini lho : kalo kawan menjadi karyawan karena memang senang dan hobi bekerja kantoran, silakan. Tapi please deh, jangan jadikan itu sumber penghasilan satu-satunya. Rawan banget! Misalnya kawan seorang dokter dan memang cita-cita kawan jadi dokter adalah untuk membantu orang lain. Bagus banget tuh! Tapi jangan jadikan profesi dokter sebagai satu-satunya sumber duit. Lha, kalo duitnya mulai seret, gimana? Jangan-jangan kawan mulai asal-asalan juga nyembuhin kita-kita. Saya punya seorang teman Dokter ahli bedah tulang (orthopedi) yang punya bisnis dimana-mana (rumah makan lah, tambak ikan lah.....macem-macem deh) dan beliau mengatakan gini "Dokter yang paling kaya tidak selamanya dokter yang baik. Profesi dokter bukan untuk memperkaya diri. Jadi dokter untuk membantu orang, berbisnis untuk jadi kaya".
Keren gak, tuh?
OK...!!!
Selamat berbisnis yach Kawan-kawan... ^_^,
Saya sudah mulai serius berbisnis sejak saya berusia 5 tahun (masa sich..!!! kecil banget kan.. :-/ ). Pada saat itu tujuan berbisnisnya bukan karena Hobi memang, tapi lebih karena "kepepet". Dengan latar belakang Keluarga yang Broken Home & miskin, memaksa saya untuk bergelut mencari rejeki sejak dini. Mulai dari jualan Es balon, Gorengan, Petasan, Mainan anak-anak, dll. Berkat kerja keras dan dukungan banyak pihak, saya bisa mencapai kondisi finansial yang "lumayan" hingga saat ini (Alhamdulillah yach, sesuatu... ^_^'). Jadi sudah saatnya sekarang saya berbagi beberapa pengalaman saya kepada kawan-kawan semua tentang Kenapa Kita Harus Berbisnis..?
Pertama, kawan-kawan harus berbisnis karena dalam ajaran agama (saya seorang muslim) diajarkan bahwa rejeki terbesar didapatkan dari perniagaan (perdagangan/bisnis). Kita sudah sering mendengar kalimat "bekerjalah seolah-olah kita akan hidup selamanya, beribadahlah seolah-olah kita akan mati esok hari". Nah, kalau hidup selamanya berarti kan butuh duit banyak, tuh. Atau coba kawan pikir-pikir deh, buat kawan yang bekerja nih... sudah berapa tabungan kawan-kawan sejak mulai bekerja sampai sekarang? Apakah sudah impas dengan biaya sekolah kawan-kawan dari TK sampai sarjana? Jangan hitung gaji kawan yang keluar buat makan sehari-hari, membayar tagihan dan menyekolahkan anak, itu mah sudah dianggap "bukan duit" karena itu kebutuhan primer yang tidak bisa tidak. Berapa? Sebagian besar orang tidak memiliki apa-apa lagi untuk ditabung tepat setelah satu bulan sejak menerima gaji. Nah, kalau sudah jelas dalam agama bahwa rejeki terbanyak datangnya dari bisnis, ya itu jadi alasan pertama kawan-kawan untuk segera memulai bisnis. Jangan lawan agama deh... apapun agama kawan-kawan. Agama kan pedoman hidup, tul gak? Tul...!!! Xixixiiii... :-D
Kedua, kawan-kawan harus berbisnis kalau kawan menghendaki kehidupan yang mapan, nyaman, bebas dan tidak mengikat. Sedikit cerita, ketika saya baru lulus SMA, ada kebimbangan besar dalam diri saya tentang apakah saya melanjutkan kuliah dalam bidang studi yang saya sukai pada saat itu (Matematika & Kimia, sehingga saya sempat bercita-cita ingin menjadi ahli Matematika maupun Kimia), atau saya melanjutkan karir saya dibisnis karena pada saat itu saya sudah memiliki beberapa usaha pribadi yang lumayan menjanjikan. Semenjak saya duduk dibangku sekolah, hampir semua Guru dan anggota keluarga lebih mendorong saya untuk secepatnya menyelesaikan kuliah dan kemudian melamar untuk mencari pekerjaan, bukannya mengerjakan sesuatu yang "tidak pada jalurnya". Salah satu kalimat yang paaaaaling sering saya dengar waktu itu adalah,"yang pasti-pasti saja" dan "cari amannya saja". Sebagian besar orang menganggap dengan bekerja di sebuah perusahaan entah negeri atau swasta, maka kita sudah "pasti" dan sudah "aman". Mungkin maksudnya pasti mendapatkan gaji tiap bulan dan aman dari resiko finansial. Tapi mungkin karena bebal dan tololnya saya, kok saya tidak sependapat ya? Saya tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa sama sekali tidak ada yang pasti dan aman selama nasib kita masih berada di tangan orang lain. Apanya yang pasti kalau suatu saat perusahaan tempat kita bekerja bangkrut? Trus sekarang ada krisis global lagi. Bisa dipastikan ratusan ribu hingga jutaan orang karyawan di seluruh dunia merasa tidak aman, takut kena imbasnya yaitu
Ketiga, kawan-kawan harus berbisnis karena kawan-kawan hidup di lingkungan yang matre. Saya tidak bilang kawan-kawan matre lho, walaupun kalau iya juga gak papa kok...hehehe. Maksud saya lingkungan yang matre itu kayak gini nih : sejak lahir (orangtua) kawan-kawan sudah mengeluarkan uang untuk melahirkan kawan di rumah sakit atau bidan, kemudian keluar uang lagi untuk kawan sekolah, trus keluar uang terus tiap hari untuk makan, lalu supaya gak telanjang keluar uang lagi deh beli pakaian, beli HP, beli kendaraan, beli bensin, parkirnya, perawatan kesehatannya, beli rumah, bayar telpon, bayar listrik, TV kabel, pulsa, liburan, kencing di mall, nonton Kuch-kuch Hota Hai di bioskop, pesta pernikahan daaaaaannn laaaaaiiiinnn sebagaaaaaiiiiinyaaaaaaa.....semuanya mengeluarkan uang. Jadi bukan kawan yang mata duitan, tapi penjualnya. Iya kan? Kawan sih mata mobilan, mata makanan, mata bajuan, mata pulsaan dll karena kawan mengeluarkan uang dan penjualnya menerima uang (Xixixiiii... Ngelez...). Dalam kasus kawan beli mobil misalnya, siapa yang menerima duit? Penjualnya kan? Berarti dia mata duitan dong, kawan-kawannya mata mobilan. Karena dia cari duit, kawan cari mobil hehehehe......Nah, udah jelas kan sekarang. Menurut kawan arus uang mengalir dari mana kemana? Dari pemakai ke penyedia!!! Penyedia adalah businessman, bro....
Keempat, kawan-kawan harus berbisnis karena sebagai karyawan, nasib kawan 1, 2, 3 tahun ke depan gampang ditebak, yaitu tidak jauh berbeda seperti rekan kerja kawan di kantor yang sudah duluan masuk kerja 1, 2, 3 tahun sebelum kawan-kawan. Coba lihat rekan kerja kawan yang senior. Kalau kawan menghendaki kehidupan seperti yang dia miliki, ya silakan lanjutkan pekerjaan tanpa memikirkan untuk memiliki bisnis. Tapi kalau ingin lebih, segeralah mulai bisnis kawan-kawan! Saya jamin, di kantor tidak akan pernah memiliki penghasilan lebih besar dari boss kawan-kawan. Tapi di bisnis, lain ceritanya sob. Kalau tekun, konsisten, persisten, kerja keras, banyak belajar dan berani gagal, kawan bisa saja memiliki penghasilan berkali-kali lipat dari mereka yang sudah memulai bisnis yang sama beberapa tahun sebelum kawan-kawan. Saya tahu, karena saya sudah melihat banyak sekali orang yang seperti itu. Cukup banyak untuk dijadikan bahan pelajaran. Terbuka peluang yang seluas-luasnya untuk kawan di dunia bisnis, percayalah! percayalah! ^_^'
Kelima, ini mungkin yang paling bertentangan dengan pendapat umum. Untuk sukses di dunia bisnis, kawan tidak butuh terlalu banyak modal embel-embel gelar akademik dan tidak butuh terlalu banyak modal duit (!). Saya setuju sekali kalau dikatakan ilmu itu penting, jauh lebih penting dari uang. Tapi saya tidak setuju kalau dikatakan ilmu terbaik hanya bisa didapatkan dari dalam tembok universitas. Ilmu bertebaran dimana-mana, coy. Kawan-kawan pelajari baik-baik semua ilmu dari dosen pada saat kuliah, maka dijamin akan mendapatkan.........ijazah. Kerjaan? Duit? Eits, nanti dulu. Cari sendiri dong. Tapi kalo kawan belajar baik-baik, nyontek, nempel kayak perangko dan sering nyempil di tengah-tengah orang sukses, dijamin akan kecipratan sukses juga. Karena kawan bukan hanya belajar teori, tapi akan langsung praktek. Dan bukan cuma itu, secara tidak sadar kawan sudah meng-copy pola pikir, mental dan psikologis dari orang-orang sukses tersebut. Itu yang paling penting, sodara-sodara. Nah, coba baca kisah orang-orang yang sangat (bukan biasa-biasa) sukses di bisnis mereka masing-masing. Sebagian besar, dalam prosentase yang sangat ekstrim (mendekati 100%), mereka memulai bisnis mereka dari modal duit yang sangat minim dibandingkan mereka yang percaya bahwa semakin tinggi gelar pendidikan, uang makin banyak. Ya iyalah, coba hitung biaya S1 berapa? lanjut S2? Trus S3? Wuih....kalo duitnya dikasih ke pebisnis internet misalnya, sudah jadi berapa ratus domain tuh? Sudah bisa beli ruang iklan berapa banyak?
Kawan-kawan, jangan salah tangkap. Saya sama sekali tidak mengecilkan arti menjadi karyawan atau meraih pendidikan formal setinggi-tingginya (Walau bagaimana pun saya pernah mencoba jadi karyawan & basik saya didunia pendidikan pun adalah seorang Sarjana). Tapi maksud saya gini lho : kalo kawan menjadi karyawan karena memang senang dan hobi bekerja kantoran, silakan. Tapi please deh, jangan jadikan itu sumber penghasilan satu-satunya. Rawan banget! Misalnya kawan seorang dokter dan memang cita-cita kawan jadi dokter adalah untuk membantu orang lain. Bagus banget tuh! Tapi jangan jadikan profesi dokter sebagai satu-satunya sumber duit. Lha, kalo duitnya mulai seret, gimana? Jangan-jangan kawan mulai asal-asalan juga nyembuhin kita-kita. Saya punya seorang teman Dokter ahli bedah tulang (orthopedi) yang punya bisnis dimana-mana (rumah makan lah, tambak ikan lah.....macem-macem deh) dan beliau mengatakan gini "Dokter yang paling kaya tidak selamanya dokter yang baik. Profesi dokter bukan untuk memperkaya diri. Jadi dokter untuk membantu orang, berbisnis untuk jadi kaya".
Keren gak, tuh?
OK...!!!
Selamat berbisnis yach Kawan-kawan... ^_^,